Sabtu, 14 November 2009

Menjaga Hak Keturunan Rasulullah saw Dalam Perkawinan

Seperti kita telah ketahui dalam beberapa hadits Rasulullah saw, jika ada seseorang yang tidak memelihara hak keturunan Rasulullah saw (syarifah) tersebut, maka ketahuilah bahwa orang tersebut tidak akan mendapat syafa'at dari Rasulullah saw, sebagaimana hadits beliau yang diriwayatkan oleh Thabrani, Al-Hakim dan Rafi'i:

"… maka mereka itu keturunannku diciptakan (oleh Allah) dari darah dagingku dan dikaruniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah (neraka wail) bagi orang dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubunganku dari mereka. Kepada mereka itu Allah tidak akan menurunkan syafa'atku."

Dari hadits di atas dapat kita pahami bahwa keturunan nabi saw akan terputus hubungannya dengan Nabi saw, jika terjadi perkawinan antara syarifah dengan lelaki yang nasabnya tidak menyambung kepada nabi saw. Mengapa demikian ? Karena anak dari perkawinan syarifah dengan lelaki yang bukan keturunan Rasulullah saw, adalah bukan seorang sayyid (bukan keturunan Rasulullah saw). Dan jika syarifah tersebut melahirkan amak yang bukan dari hasil perkawinan dengan seorang sayid, maka putuslah hubungan nasab anak tersebut dengan Rasulullah saw, dan nasab anak tersebut berlainan dengan nasab ibunya yang bernasab kepada Rasulullah saw. Dan inilah yang dimaksud dengan pemutusan hubungan dengan Rasulullah saw.

Dan jika telah terjadi pemutusan hubungan tersebut, maka menurut hadits di atas Nabi Muhammad tidak akan memberi syafa'atnya kepada orang yang memutuskan hubungan keturunannya kepada Rasulullah saw.

Kafaah syarifah merupakan salah satu dari keridhaan Rasulullah saw. Hal ini dijelaskan dengan hadits-haditsnya pada uraian yang terdahulu. Maka sudah menjadi kewajiban bagi kaum muslimin yang beriman untuk menjaga dan melaksanakan perkawinan syarifah dengan yang sekufu' agar mendapat ridho Rasulullah saw. Sebaliknya jika ada orang yang bukan keturunan Rasulullah saw menikah dengan seorang syarifah, maka mereka dengan terang-terangan telah melecehkan hadits Rasulullah saw, dan orang tersebut dapat digolongan sebagai orang yang tidak menunjukkan akhlaq yang baik kepada Rasulullah saw, bahkan orang tersebut telah termasuk golongan yang menyakiti Siti Fathimah dan seluruh keluarganya.

Disamping itu terdapat pula hadits-hadits lain yang mensinyalir bahwa seorang laki-laki yang tidak mengenal hak-hak keturunan Rasulullah saw, di mana nasabnya tidak bersambung kepada Rasulullah saw tetapi menikahi seorang syarifah, dapat digolongkan sebagai seorang munafik, anak yang lahir dari hasil tidak suci, yaitu dikandung oleh ibunya dalam keadaan haidh, atau bahkan dapat dikatakan orang tersebut adalah anak haram! Sebagaimana hal itu disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Adi' dan Al-Baihaqi dalam Syu'ab Al-Iman meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :

'Barangsiapa tidak mengenal hak keturunanku dan Ansharnya, maka ia salah satu dari tiga golongan: Munafiq, atau anak haram atau anak dari hasil tidak suci, yaitu dikandung oleh ibunya dalam keadaan haidh'.

Terakhir, mari kita mengkaji kembali dengan teliti beberapa peringatan Rasulullah saw yang diberikan kepada umatnya, agar kita tidak termasuk orang yang dapat dikategorikan melecehkan perkataan Rasulullah saw dengan sengaja melanggar hak-hak keturunan beliau saw, ataupun memutuskan hubungan beliau saw dengan anak cucunya melalui pernikahan syarifah dengan lelaki yang bukan sayyid.

marilah kita para keluarga Alawiyin berusaha agar tetap menjaga dan memelihara hak-hak keturunan Rasulullah saw tersebut dengan baik. Semoga Allah memberi kekuatan iman kepada kita semua untuk tetap menjaga dan memelihara hak-hak keturunan beliau saw dengan baik.

Amiinn

61 komentar:

bang dall mengatakan...

ass,moga2 kita termasuk orang-orang yang mendapat syafaat rasul,amien
ana, sangat srtuju dengan ipa aliyyah

Anonim mengatakan...

(Disamping itu terdapat pula hadits-hadits lain yang mensinyalir bahwa seorang laki-laki yang tidak mengenal hak-hak keturunan Rasulullah saw, di mana nasabnya tidak bersambung kepada Rasulullah saw tetapi menikahi seorang syarifah, dapat digolongkan sebagai seorang munafik, anak yang lahir dari hasil tidak suci, yaitu dikandung oleh ibunya dalam keadaan haidh, atau bahkan dapat dikatakan orang tersebut adalah anak haram! Sebagaimana hal itu disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Adi' dan Al-Baihaqi dalam Syu'ab Al-Iman meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib)
untuk hal ini saya kurang berpendapat, bahwa seorang syarifah menikah sama ahwal ataupun siapa non sayyid bahwa nanti anak keturunan nya itu anak haram. dalam islam bahwa itu syah setelah menyebut qobiltu,,,,
terima kasih..

maskoko mengatakan...

waah baru tau aku, kalo ada hukum seperti itu ya. maksih ya jadi tambah ilmu dan wawasan

Anonim mengatakan...

Allah Ta'ala berfirman, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan
kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami telah menjadikan
kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah yang paling
bertaqwa".

- At-Tirmidzi meriwayatkan dengan isnad hasan, dari Abu Hatim Al-Mazini,
bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Jika datang kepada kalian seorang laki-laki
yang kalian ridha terhadap din dan akhlaqnya, maka terimalah lamaran
pernikahannya. Jika kalian tidak melakukan yang demikian, maka akan terjadi
fitnah diatas muka bumi dan kerusakan yang besar". Para sahabat bertanya, "Ya
Rasulullah, meskipun pada dirinya …! Rasulullah menyahuti, "Jika datang kepada
kalian seorang laki-laki yang kalian ridha terhadap din dan akhlaqnya, maka
terimalah lamaran pernikahannya". Beliau mengucapkannya tiga kali.

Hadits ini merupakan arahan kepada para wali agar tidak menolak lamaran seorang
laki-laki yang bagus dinnya, amanah, dan berakhlaq mulia, karena lebih
mengutamakan yang nasabnya lebih terpandang, status sosialnya lebih tinggi,
hartanya lebih melimpah, dan sebagainya. Sebab jika ini terjadi akan timbul
fitnah yang dahsyat dan kerusakan yang tak berujung.

- Rasulullah saw pernah melamar Zainab bint jahsy untuk beliau nikahkan dengan
Zaid ibn Haritsah. Tetapi, Zainab dan juga saudara laki-lakinya, Abdullah,
menolak lamaran itu, karena merasa nasabnya jauh lebih tinggi sementara Zaid
adalah seorang budak. Maka turunlah firman Allah : "Dan tidaklah layak bagi
seorang mukmin atau mukminah jika Allah dan Rasul-Nya menetapkan suatu perkara,
memiliki pilihan dalam urusan mereka itu. Barangsiapa bermaksiat kepada Allah
dan Rasul-Nya maka dia telah sesat sesesat-sesatnya". Sehingga, Abdullah
menyerahkan semuanya kepada Nabi. Maka Nabi pun menikahkan Zainab dengan Zaid.

- Abu Hudzaifah telah menikahkan Salim dengan Hindun bint Al-Walid ibn Utbah ibn
Rabi'ah, sementara Salim adalah bekas budak seorang wanita Anshar.

- Bilal ibn Rabbah telah menikahi saudara perempuan Abdurrahman ibn Auf.

Anonim mengatakan...

- Imam Ali – semoga Allah memuliakan wajahnya – pernah ditanya tentang hukum
kafaah dalam pernikahan, maka beliau pun berkata, " Manusia itu sekufu satu sama
lain, baik itu Ajam ataupun Arab, termasuk suku Quraisy dan Hasyimi, dengan
syarat beragama Islam dan beriman.

Diantara golongan ini ialah para ulama Malikiyah.

Imam Asy-Syaukani berkata, "Diriwayatkan dari Umar, Ibnu Mas'ud, Muhammad ibn
Sirin, dan Umar ibn Abdil Aziz, dan dirajihkan oleh Ibnul Qayyim, pendapat
demikian : "Yang dimaksudkan oleh Rasulullah saw dengan mempertimbangkan kafaah
adalah dalam hal din ….sehingga seorang muslimah tidak boleh menikah dengan
laki-laki kafir, demikian pula seorang wanita yang menjaga diri tidak boleh
menikah dengan seorang pendosa…. Al-Qur'an dan As-Sunnah sama sekali tidak
memaksudkan kafaah dengan makna selain itu. Seorang muslimah dilarang menikah
dengan laki-laki pezina dan pendosa, meskipun laki-laki itu nasabnya terpandang,
kaya raya, dan sebagainya. Seorang bekas budak boleh saja menikahi seorang
wanita yang bernasab terpandang dan kaya raya, jika laki-laki itu muslim dan
bertaqwa…Seorang laki-laki yang bukan Quraisy boleh saja menikahi wanita
Quraisy. Seorang laki-laki yang bukan Hasyimi boleh saja menikahi wanita
Hasyimi. Seorang laki-laki yang miskin juga boleh menikahi wanita yang kaya
raya". [Zaadul Ma'ad J IV, hal 22]

Anonim mengatakan...

Ketiga. Adapun sebagian besar fuqaha juga berpendapat sama dengan para ulama
Malikiyah dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kafaah
yang harus dipertimbangkan ialah dalam hal din, sehingga seorang laki-laki fasiq
tidaklah sekufu dengan wanita yang menjaga diri. Hanya saja, mereka tidak
mencukupkan kafaah sampai disitu saja, tetapi meluaskan arti dan cakupannya pada
hal-hal yang lain, antara lain :

Pertama, nasab.

Maksudnya, orang Arab sekufu dengan orang Arab yang lainnya. Orang Quraisy
sekufu dengan orang Quraisy yang lainnya. Orang Ajam tidak sekufu dengan orang
Arab. Orang Arab umum tidak sekufu dengan orang Arab Quraisy.

Argumentasi yang mereka pakai :

* HR Al-Hakim, dari Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Orang Arab
itu sekufu dengan sesama Arab, dari kabilah apa saja, kecuali tukang tenun dan
tukang bekam". Ibnu Abi Hatim menanyakan hadits ini kepada bapaknya, maka
bapaknya berkata, "Hadits ini dusta dan tidak ada asalnya". Daruquthni
berkomentar dalam Al-'Ilal, "Hadits ini tidak sah". Ibnu Abdil Barr berkata,
"Hadits ini munkar dan maudhu' (palsu)".

* HR Al-Bazzar, dari Mu'adz ibn Jabal, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,
"Orang Arab sekufu dengan sesama Arab, dan Mawali (campuran Arab dengan Ajam)
sekufu dengan sesama Mawali". Dalam sanad hadits ini terdapat Sulaiman ibn Abil
Jaun [dan dia lemah]". Ibnul Qaththan berkata, "Hadits ini tidak dikenal… Dalam
isnadnya dikatakan dari Khalid ibn Mi'dan dari Mu'adz, padahal Khalid tidak
pernah mendengar dari Mu'adz… Jadi tidaklah sah menyandarkan masalah kafaah
dalam nasab pada hadits ini".

* Atsar yang diriwayatkan oleh Daruquthni, dari Umar ibn Al-Khaththab ra ,
beliau berkata, "Sungguh aku melarang dihalalkannya kemaluan para wanita yang
terhormat nasabnya, kecuali dengan orang-orang yang sekufu".

* Para ulama Syafi'iyah dan juga Hanafiyah mengakui sahnya mempertimbangkan
nasab dalam masalah kafaah dalam pengertian sebagaimana tersebut diatas. Hanya
saja diantara mereka terdapat perbedaan pendapat tentang apakah setiap Quraisy
sekufu dengan Hasyimi dan Muthallibi. Adapun ulama Syafi'iyah, mereka
berpendapat bahwa tidak setiap laki-laki Quraisy sekufu dengan wanita Hasyimi
dan Muthallibi. Mereka berdalil dengan hadits riwayat Wa-ilah ibnul Asqa',
bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah
diantara Banu Ismail, kemudian Dia memilih Quraisy diantara Kinanah, kemudian
Dia memilih Bani Hasyim diantara Quraisy, kemudian Dia memilih aku diantara Bani
Hasyim. Jadi aku adalah yang terbaik diantara yang terbaik". [HR Muslim].
Al-Hafizh (Ibnu Hajar Al-Asqalani) berkata dalam Fathul Bari, "Yang benar ialah
mengutamakan Bani Hasyim dan Bani Muthallib diatas yang lainnya… Adapun selain
kedua suku itu, maka mereka semuanya sekufu satu sama lain".

Anonim mengatakan...

Yang benar [menurut As-Sayyid Sabiq] tidaklah demikian. Sesungguhnya Nabi saw
telah menikahkan kedua puterinya dengan Utsman ibn Affan. Beliau saw juga telah
menikahkan Abul Ash ibnur Rabi' dengan Zainab, puteri beliau. Padahal Utsman dan
Abul Ash adalah keturunan Abdus Syams… Beliau saw juga telah menikahkan Umar
dengan puterinya, Ummu Kaltsum, padahal Umar adalah seorang Adawi. Yang demikian
ini karena keutamaan ilmu mengalahkan setiap nasab dan segenap keutamaan yang
selainnya. Sehingga, seorang alim adalah sekufu dengan wanita yang manapun juga,
apapun nasab wanita itu, meskipun laki-laki alim itu nasabnya tidak terpandang.
Hal ini didasarkan kepada sabda Nabi saw, "Manusia itu [ibarat] bahan tambang,
ada yang seperti emas dan ada yang seperti perak. Yang paling baik diantara
mereka pada masa jahiliyah tetap merupakan yang paling baik dalam [lingkungan]
Islam, jika mereka orang-orang yang paham". Juga berdasarkan firman Allah
Ta'ala, "Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kalian dan
orang-orang yang dikaruniai ilmu beberapa derajat". [QS Al-Mujadalah : 11].
Demikian pula Allah berfirman, "Katakan : Apakah sama antara orang-orang yang
berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu?"

Demikianlah pendapat para ulama Syafi'iyah tentang nasab bagi orang-orang Arab.
Adapun bagi orang-orang Ajam, diantara mereka ada yang berkata, "Kafaah diantara
mereka tidaklah diukur dengan nasab". Tetapi diriwayatkan dari Imam Syafi'i dan
kebanyakan sahabat-sahabatnya bahwa orang-orang Ajam juga bertingkat-tingkat
nasabnya (dan hal itu dipertimbangkan dalam masalah kafaah), dikiaskan dengan
hal yang serupa di kalangan org2 Arab/

data lain:

ni ana petik dari kitab Imam Ramli, cuma ana akan pelajari tentang perkara ini
melalui hadis-hadis Rasulullah SAW sendiri dan ana sendiri sudah banyak menerima
maklumat bahawa anak-anak perempuan Ahl Bait dari Fatimah pada abad awal Hijrah
sendiri berkahwin dengan bukan keturunan Fathimah seperti dengan Bani Umaiyyah.
Ini masyhur. Sebagai BUKTI TAMBAHAN, Imam Syafie, ayahnya; Idris bin Abbas bin
Uthman bin Syafie bin Saib bin Abu Yazid; BUKAN SYED, tetapi dari keturunannya
bertemu dengan Abdul Manaf bin Qusai pada salasilah Nabi SAW. DAN, ibunya pula
seorang sharifah. Namanya, Fathimah binti Abdullah bin Hassan bin Hussain bin
Ali bin Abi Thalib. Jadi, di sini seorang bukan syed berkahwin dengan sharifah.
Kalau betul dakwaan yang mengatakan tidak sah atau batalnya perkahwinan sadah
dengan bukan sadah atau tidak sekufu, jadi betulkah apa yang dilakukan oleh ayah
dan ibu Imam Syafie itu????
Imam Shafie lahir pada tahun 150H, iaitu zaman salaf. Jadi, perkahwinan mereka
lebih awal dan ini bermakna salaf sadah pun mengizinkan perkahwinan tersebut.
Dakwaan ustaz didapati bercanggah dengan apa yang ana kemukakan. Ana ada
beberapa lagi bukti tambahan lain iaitu bukti sejarah. Wassalam.

Anonim mengatakan...

Janganlah engkau wahai wanita keturunan ahlul bait Nabi SAW, merasa ragu ttg hukum wajib setara nasab dlm pernikahan,krn mmg sudah selayaknya dan seharusnya menjaga kemuliaan dan kehormatan dirimu,berarti engkau mnjaga&memuliakan khormatan Rasulullah Saw yg brarti pula memelihara kmuliaan&khormatan Islam (Hurumati Islam).

Telah bersabda Rasulullah SAW “FATIMAH ADALAH BAGIAN DARI DIRIKU, APA YG MEMBUATNYA MARAH, MUMBUATKU MARAH. DAN APA YG MELEGAKANNYA MELEGAKANKU. SESUNGGUHNYA SEMUA NASAB TERPUTUS PADA HARI KIAMAT,SELAIN NASABKU,SABABKU,DAN MENANTUKU.
(HR. Ahmad&Al-Hakim Shahih).

Bacalah 4 ayat berikut secara seksama:

S U R A T A L - A H Z A B
30. Hai PEREMPUAN2 NABI, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.
31. Dan barang siapa di antara kamu sekalian (perempuan Nabi) tetap taat pada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezeki yang mulia.
32. Hai perempuan Nabi, kamu sekalian TIDAKLAH SEPERTI WANITA YG LAIN, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik,
33. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai AHLUL BAIT dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Ket : Kenapa kita memakai “perempuan2 Nabi” bukan ”Istri2 Nabi”?? Padahal dalam Tafsir2 Al-Quran yg umumnya dipakai di Indonesia tulisan di tafsiran umumnya dicantumkan “Istri2 Nabi”. Sedangkan dlm Ayat Al-Quran JELAS tertulis “Ya NISSA AN NABI” yg artinya PEREMPUAN2 NABI Bukan “Ya Azwazin Nabi” yg artinya Istri2 Nabi. Ingat Al-Quran adalah Kitab suci yg hukumnya dipakai sampai akhir zaman (bukan khusus utk zaman Nabi saja).

Dari Al-Ahzab 32. Jelas bahwa Allah SWT berfirman bahwa perempuan Nabi berbeda dgn perempuan lain.

Al-AHZAB 53.“……Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini istri-istrinya SELAMA-LAMANYA sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah”.
Dari ayat tsb dpt kita memahami & mngambil ksimpulan,bhw apabila istri nabi Saw saja dilarang bagi orang lain utk mngawini mereka krn dianggap akan mngganggu Rasulullah dimana ikatan mrk dgn Rasul krn adanya hubungan pernikahan. Apalagi trhdp anak cucu beliau yg brsambung krn hubungan Nasab, darah & kefamilian. Krn dpt memutuskan tali hubungan kekeluargaan mrk dgn Nabi SAW.

Wallahualam.

alzou mengatakan...

luruskan lah kesalahfahaman yang ada di golongan 'kalian'.... kembalilah.


1langkahmu menu Allah, 1000 langkah Allah menujumu.

alzou mengatakan...

luruskan lah kesalahfahaman yang ada di golongan 'kalian'.... kembalilah.


1langkahmu menuju Allah, 1000 langkah Allah menujumu.

yunus mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
yunus mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
yunus mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

emang apa istimewanya seorang keturunan nabi secara biologis???
nabi saja secara biologis tidak istimewa, yang membuat nabi jadi hebat ya.. wahyu yang diterimanya bukan karena fisik dan biologis nabi...

ipah alliyah dan para ahlul bait lainnya boleh jadi merupakan keturunan nabi, tapi ya sekedar biologis..., dan ini tidak membuat anda lebih suci atau lebih mulia daripada kaum lain.
Kemuliaan seseorang dilihat dari ketaqwaannya pada Allah.


perihal tidak bolehnya seorang non sayyid menikah dengan syarifah atau seorang syarifah harus menikah dengan sayyid, saya fikir ini hanyalah sebuah corak budaya masyarakat keturunan Arab yang ingin melestarikan marga atw fam'a.
Secara, bangsa Arab menganut sistem Patrilineal, ya.. kalo smpai Syarifah menikah dengan non sayyid tentu akan memutuskan garis keturunan terhadap nabi Muhammad....., yahhh.... ga ada yang bisa dibanggakan lagi donngg,,,,


menurut saya, klo pun ada seorang lelaki ajam menikah dengan syarifah, mereka bukan berarti telah berbuat sebuah pelanggaran agama, atau telah berbuat dosa, termasuk orang munafik, apalagi tidak mendapat syafaat dari rasul (emangnya ada, orang yang pernah ngerasain syafaat?? kiamat aja belum..). Wali yang menyetujui pernikahan tersebut juga bukan berarti telah berbuat kesalahan dalam agama.
Asalkan seluruh rukunnya dipenuhi dan kedua mempelai dinilai cocok, walaupun yang lelakinya adalah orang ajam, pernikahan tersebut yaa.. tetap sah.

Sekarang bukan lagi jaman penjajahan Belanda dimana orang keturunan Arab menjadi warga kelas dua dan pribumi atau non arab menjadi warga kelas tiga-nya, berada pada status dibawah masy. keturunan Arab. Jadi anda para ahlul bait dan keturunan arab lainnya jangan merasa lebih mulia dibandingkan orang Indonesia asli atau orang ajam.


klo pun pendapat anda didukung dengan dalil-dalil bahkan nash Quran sekalipun, saya fikir ini hanyalah sebuah usaha pelesatrian dan konservasi warisan budaya nenek moyang anda.
Dan jika diperhatikan pd tulisan2 lain yang pembahasannya sama, kebanyakan yang mendukung wacana "keharusan seorang syarifah menikah dengan sayyid agar kesuciannya terjaga"- adalah orang-orang keturunan arab atau mereka yang berasal dari kalangan ahlul bait. Dan dalil-dalil yang dipaparkannya pun itu2 saja.

Memang, tanpa adanya orang Arab Indonesia tidak mengenal Islam , tetapi yang perlu dicamkan adalah Islam bukan berarti Arab.

Hariyono mengatakan...

WAH INYONG BUKAN TURUNAN ARAB APALAGI HABIB, GAK BERANI AH NGELAMAR GADIS ARAB, TAKUT NGRUSAK NASAB. TAPI INYONG TERIMAKASIH BANGET ATAS TAKDIR DARI GUSTI ALLOH INI. MOHON PENCERAHAN DAN PERLINDUNGANNY. AMIIIN

Hariyono mengatakan...

Wah inyong gak berani ngelamar gadis arab, takut kuwalat ngrusak turunan. tapi inyong gak nyesel dilahirin bukan garis habib. terima kasih gust Alloh, mohon perlindungan dan pencerahanNYA. Amiiin

Anonim mengatakan...

sya sangt mencintai syrifah ituu,,
dia pun jga sma,,,
sngt mencintai dia,,,2tahun kmi menjalani hubungan ini,,dan sngt sulit bgi sya tuk melepas y

tolong ap yg hruz sya lalukn.???
wasalm

elfan mengatakan...

Dlm Al Quran yang menyebut 'ahlulbait', rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.


1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan kebrkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".


Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah isteri dari Nabi Ibrahim.


2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: 'Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu 'ahlulbait' yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?


Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya, maka makna 'ahlulbait' adalah Ibu Nabi Musa As. atau ya Saudara Nabi Musa As.


3. QS. 33:33: "...Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu 'ahlulbait' dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya".


Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW. Sedangkan sesudah ayar 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. isteri plus anak-anak beliau.


Coba baca catatan kaki dari kitab: Al Quran dan Terjemahannya, maka ahlulbaik yaitu hanya ruang lingkup keluarga rumah tangga MUHAMMAD RASULULLAH SAW. Dan jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas, maka ruang lingkup ahlul bait tsb. menjadi:

1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW, sayangnya kedua orang tua beliau ini disaat Saidina Muhammad SAW diangkat sbg 'nabi' sudah meninggal terlebih dahulu.

2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW, tapi sayangnya saudara kandung beliau ini tak ada karena beliau 'anak tunggal' dari Bapak Abdullah dengan Ibu Aminah.

3. Isteri-isteri beliau.

4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa, sehingga anak lelakinya tak meninggalkan keturunan.

Seandainya ada anak lelaki beliau yang berkeluarga, ada anak lelaki pula, wah ini masalah pewaris tahta 'ahlul bait' akan semakin seru. Inilah salah satu mukjizat, mengapa Saidina Muhammad SAW tak diberi oleh Allah SWT anak lelaki sampai dewasa dan berketurunan. Pasti, perebutan tahta ahlul baitnya dahsyat jadinya.

Bagaimana tentang pewaris tahta 'ahlul bait' dari Bunda Fatimah?. Ya jika merujuk pada QS. 33:4-5, jelas bahwa Islam tidak mengambil garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam. Lalu, apakah anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali boleh kita nasabkan kepada Bunda Fatimah, ya jika merujuk pada Al Quran tidak bisalah. Kalaupun kita paksakan, bahwa anak Bunda Fatimah juga ahlul bait, maka karena kita mau mengambil garis dari perempuannya (Bunda Fatimah), seharusnya pemegang waris tahta ahlul bait diambil dari anak perempuannya seperti Zainab, bukan Hasan dan Husein sbg penerima warisnya. Jadi tidak sistim nasab itu berzigzag, setelah nasab perempuan lalu lari kembali ke nasab laki-laki.

Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib, anak paman Saidina Muhammad SAW, ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah beliau bukan termasuk kelompok ahlul bait. Jadi, anak Saidina Ali bin Abi Thalib baik anak lelakinya mapun perempuan, otomatis tidaklah dapat mewarisi tahta 'ahlul bait'.

Kesimpulan dari tulisan di atas, maka pewaris tahta 'ahlul bait' yang terakhir hanyalah bunda Fatimah, sementara anaknya Saidina Hasan dan Husein bukan lagi pewaris dari tahta AHLUL BAIT.

Ya jika Saidina Hasan dan Husein saja bukan Ahlul Bait, pastilah anak-anaknya otomatis bukan pewaris Ahlul Bait juga. Tutuplah debat masalah Ahlul Bait ini, karena fihak-fihak yang mengklaim mereka keturunan ahlul bait itu sebenarnya tidak ada karena tahta ahlul bait memang tak diwariskan lagi.

Anonim mengatakan...

Setelah saya baca pendapat elfizonanwar, saya cenderung sependapat dengan beliau, menurut syarifah aliyyah sendiri gmn stlh baca pendapat tersebut?

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum wr. wb. saya Syarifah Aisyah Bin S. Abu Bakar. kepada saudara2ku (yang katanya) seketurunan, Masya Allah...saya rasa kita sdh salah mengartikan sesuatu, mungkin memang saya akan melawan berjuta juta org arab krn bicara spt ini, tp ketahuilah bahwa dgn meributkan antara syarifah, ahwal, habib dll itu tidak menjamin kita akan lolos serta merta ke dlm surga-NYA, kabeh tergantung amalan. Astaghfirullah 3x, saya sedih meratapi nasib saya yg perawan tua ini hanya krn saya tdk bisa menikah dgn ahwal yg saya cintai. Wassalam

Anonim mengatakan...

solat istikharah jika mau tau dengan pasti tentang hukum ini.kita ada diajarkan tentang solat istikharah jadi dirikanlah.buat apa mau berdebat? Allah tidak suka orang yang suka berdebat dan banyak omong.

Unknown mengatakan...

mohon maaf para hadirin sekalian...ana tidak sutuju 1000% dengan apa yang menjadi topik tersebut...ingat manusia itu tidak ada yang sempurna....banyak dari kaum habaib yang keluar jalur islam...contoh kasus2 bom bunuh diri...adakah ajaran nabi muhamad SAW menyuruh umatnya untuk saling membunuh itu contoh kecil keturunan nabi Muhamad Saw........jadi adakah nabi muhamad SAW menyuruh umatnya tidak boleh menikah...adakah nabi Muhammad SAW menyuruh umat nya untuk bermusuhan.....tolong al'Qur'an jangan di baca tapi mengerti apa artinya......percuma tau baca gx tau artinya sama dengan NOL.......
Allah Ta'ala berfirman, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan
kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami telah menjadikan
kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah yang paling
bertaqwa".
- - At-Tirmidzi meriwayatkan dengan isnad hasan, dari Abu Hatim Al-Mazini,
bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Jika datang kepada kalian seorang laki-laki
yang kalian ridha terhadap din dan akhlaqnya, maka terimalah lamaran
pernikahannya. Jika kalian tidak melakukan yang demikian, maka akan terjadi
fitnah diatas muka bumi dan kerusakan yang besar". Para sahabat bertanya, "Ya
Rasulullah, meskipun pada dirinya …! Rasulullah menyahuti, "Jika datang kepada
kalian seorang laki-laki yang kalian ridha terhadap din dan akhlaqnya, maka
terimalah lamaran pernikahannya". Beliau mengucapkannya tiga kali..JANGAN BANGGA DENGAN GELAR SAYID/ SYARIFAH selama kelakuan gx bener/ tidak mengerti al'Qur'an....tidak ada satu istimewapun/sempurna manusia di mata allah.........

Unknown mengatakan...

Hadits-hadits lain yang menjadi dasar pelaksanaan kafa’ah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani, Al-Hakim dan Rafi’i :

‘… maka mereka itu keturunanku diciptakan (oleh Allah) dari darah dagingku dan dikaruniai pengertian serta pengetahuannku. Celakalah (neraka wail) bagi orang dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubunganku dari mereka. Kepada mereka itu Allah tidak akan menurunkan syafa’atku.’

trus yang kedua adalah:

Dalam berbagai buku sejarah telah tertulis bahwa khalifah Abu Bakar dan Umar bersungguh-sungguh untuk melamar Siti Fathimah dengan harapan keduanya menjadi menantu nabi. Al-Thabary dalam kitabnya yang berjudul Dzakhairul Uqba halaman 30 mengetengahkan sebuah riwayat, bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah meminang Siti Fathimah, oleh Rasulullah dijawab : ‘Allah belum menurunkan takdir-Nya’. Demikian pula jawaban Rasulullah kepada Umar bin Khattab ketika meminang Siti Fathimah ra.. Mengapa mereka ingin menjadi menantu nabi ? Dua orang sahabat itu meminang Fathimah, semata-mata ingin mempunyai hubungan kekerabatan dengan Rasulullah dan karena keutamaan-keutamaan yang diperoleh keluarga nabi menyebabkan mereka ingin sekali menjadi menantunya.
inilah hadist yang menyombongkan diri sendiri.....apakah umat / selain dari keturunan nabi muhammad adalah haram....apakah keturunana nabi adam haram semua...apakah nabi muhammad bukan keturunan nabi adam?.........tolong minta diluruskan....

Anonim mengatakan...

Cerita seorang "ajam" yang menikahi "syarifah"

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya adalah seorang bukan keturunan Arab.

Perasaan saya jika mendengar kata "ajam" atau "ahwal" seperti halnya mendengar orang kulit putih mengatakan "negro" kepada orang Afrika.

Saya mengenal seorang Syarifah yang sejak usia kanak-kanak telah ditinggalkan oleh bapaknya yang seorang Habib yang menikah lagi.
Akhirnya Syarifah itu hidup berdua dengan ibunya (bukan keturunan Arab. Ia bisa meneruskan sekolah dengan uluran tangan saudara bapaknya.

Bertahun-tahun Syarifah ini tidak menemui bapaknya. Sampai akhirnya di menemukan orang yang hendak melamarnya.

Si bapak langsung menolaknya begitu tahu yang melamarnya adalah seorang "ajam", saya.

Anyway, saya tetap menikahi juga Syarifah ini dengan wali hakim. Saya melakukannya karena sangat yakin lebih banyak manfa'atnya buat kami untuk segera menikah daripada menuruti kemauan Bapaknya yang sudah menelantarkannya.

Sekarang insyaAllah saya bahagia dengan pernikahan saya.

End of story.
_______________________________
Ihwal pernikahan Syarifah ini saya ada beberapa pertanyaan:
1. Mengapa sekarang yang dipelihara adalah garis keturunan dari pihak laki-laki, padahal Rasulullah SAW sendiri tidak memiliki keturunan laki-laki. Kenyataannya, seorang habib bisa dengan mudah menikahi perempuan ajam,
2. Mengapa seorang Syarifah harus dikucilkan jika menikahi ajam? Jika demikian, siapa sebenarnya yang berinisiatif memutuskan silaturrahim?

Dari istri saya, saya menjadi tahu bahwa praktek menikah antara sesama keturunan Arab ternyata ada efek sampingnya:
1. Dengan populasi yang terbatas, sangat sedikit pilihan untuk menikah. Sampai-sampai ada yang menikah dengan sepupunya sendiri. Akibatnya, anaknya dilahirkan tidak normal karena kedekatan genetik.
2. Banyak syarifah yang bahkan tidak pernah menikah karena sulitnya mencari kriteria calon suaminya.
3. Fitnah. Akibat terburuk dari masalah pernikahan ini adalah fitnah terhadap Islam dan Rasulullah.
Sebelum saya menikahi istri saya, dia dicap antara lain: murtad, nanti anaknya tidak normal, nanti pernikahannya tidak akan lama, dan berbagai ancaman keji lainnya.
Bukankah semua itu fitnah? Karena kenyataannya, sampai sekarang kami alhamdulillah masih hidup bersama dengan bahagia.

Wallahualam.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Aziz mengatakan...

http://www.aziznawadi.net/catatan/habib.html

Anonim mengatakan...

Sangat menyedihkan sebenarnya ketika Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa namun tidak boleh disatukan karena alasan yg sama.

Sayapun mengalami hal ini. Padahal sy seorang muslim.

Sungguh menyedihkan..

THANGAL DA SMYTH mengatakan...

assalamu alikum

please help me to get details of ahlbaith shaik ali bin aboobaker assakran

shaik ali son sayyed hassan died in hijra 956

hassan son sayyid umar died in hijra 1007 who was called father of banahsan

umar son sayyed ali banahsan died in hijra 1037

his son hassan

his son umar

his son ali who came to india,kerala

please help me to get this all ahlbaith full details of their life,their maqam,qabr,ziyarath etc

my id

ahlbaith@yahoo.co.in

yaseenthangal@gmail.com

+919895339995 +919544339995 +919846339995

also see the attachment

THANGAL DA SMYTH mengatakan...

assalamu alikum

please help me to get details of ahlbaith shaik ali bin aboobaker assakran

shaik ali son sayyed hassan died in hijra 956

hassan son sayyid umar died in hijra 1007 who was called father of banahsan

umar son sayyed ali banahsan died in hijra 1037

his son hassan

his son umar

his son ali who came to india,kerala

please help me to get this all ahlbaith full details of their life,their maqam,qabr,ziyarath etc

my id

ahlbaith@yahoo.co.in

yaseenthangal@gmail.com

+919895339995 +919544339995 +919846339995

also see the attachment

THANGAL DA SMYTH mengatakan...

assalamu alikum

tolong bantu saya untuk mendapatkan rincian ahlbaith shaik ali bin aboobaker assakran

shaik ali anak Sayyed Hassan meninggal pada hijrah 956

sayyid hassan anak umar meninggal pada 1007 hijrah yang disebut ayah dari banahsan

umar ali putra Sayyid banahsan meninggal pada 1037 hijrah

anaknya hassan

anaknya umar

ali anaknya yang datang ke India, Kerala

tolong bantu saya untuk mendapatkan ini semua rincian lengkap ahlbaith hidup mereka, maqam mereka, qabr, ziyarath dll

id saya

ahlbaith@yahoo.co.in

yaseenthangal@gmail.com

+919895339995 +919544339995 +919846339995

juga melihat lampiran

Freethinker mengatakan...

Saya keturunan arab tetapi saya bukan dari golongan sayyid, saya tidak tahu apakah semua pengartian al-hadits dan al-quran yg ditulis oleh teman2 adalah benar adanya, tetapi mengapa saya merasa apabila ada penggolongan sayyid, syeh, dhu'afa dan ajam (ahwal) paralel dengan orang kulit putih memanggil negro kepada keturunan afrika, GOYYIM (budak bagi kaum yahudi yg mempunyai keturunan selain yahudi)... setahu saya ISLAM tidak mengenal kasta dan Islam adalah agama yg damai serta Allah hanya memandang dari keimanan seseorang, bukan dari nasab..

sedih rasanya tidak bisa menikahi seseorang yg aku cintai yg berakhlak baik dari golongan syarifah,, dan kami pun menangis bersama... ini kah suatu kebaikan?? (saya seorang auditor dan wanita itu seorang dokter gigi) sama2 briman, sama2 mencintai, sama2 bekerja didalam jalan yang benar... semoga Allah SWT memberikan jalan yg terbaik..

Anonim mengatakan...

assalamualaikum
nasib saya yang lahir dari orang muslim yang tiak mempunyai nasab sep sayyid dsb. Saya sudah 2 tahun menjalin hubungan dengan seorang syarifah, kami sma2 menjalani perkuliahan dibidang keperawatan,walau beda angkatan saya rela menunda-nunda untuk wisudah supaya kami bisa sama2 dan bisa membantunya menyelesaikan tugas-tugasnya. semua rencana sudah kami perhitungkan, tapi di balik itu semua nasib berkata lain. Beberapa bulan menjelang wisudah ini dia sudah ditunagkan dengan sayyid pilihan ayahnya, yang mungkin beberapa bulan lagi akan menikah. lami tidak bisa berbuat apa-apa. Yang jadi masalahnya alsannya dia tidak dapat menolak paksaan itu,yaitu sendainya kami berdua menikah sama saja saya menikah dengan orang yang sedarah. masuk akal tidak seperti itu????Padahal jelas-jelas kalangan mereka yang masih berhubungan. demikian lah kisah menyakitkan yang pernah saya alami di dunia ini,semoga tidak untuk di akhirat.
wassalam.

Unknown mengatakan...

Saran saya .. kalian yg ngaku keturunan rasul allah ... kan kalian ini sudah berjuta banyak nya di Indonesia ini ... terus dah pinter pinter .. kaya kaya pula .. gini ja .. ya kalian itu bersatu padu .. lalu beli sebuah pulau di indonesia ini ( pulau di indonesia ini beribu banyak nya loh ) .. lalu tempati dgn semua marga kalian .. bikin sistem kemasyarakatan sendiri .. hukum - hukum adat sendiri ..ekonomi sendiri dan pada akhirnya jadi punya NEGARA sendiri . kan enak gitu ..kalian nggak akan di ganggu lagi oleh orang di luar suku kalian .. aman dan tentram hidup kalian .. .
dan jadilah mercusuar ISLAM .. yg kan menerangi DUNIA ini .
apa nggak malu gitu loh ngaku sesuatu bangsa yg khusus di dunia ini tapi tidak punya tanah sendiri . ke arab nggak di akuin orang sebagai arab .. ke hadramaut nggak nyaman lalu cari tanah baru yaitu tanah nenek moyang kami INDONESIA .tp nggak mau di bilang orang Indonesia ..
KALIAN tahu kan YAHUDI .. kalian kalau di liat dari sisi bangsa .. jadi nggak jauh berbeda dgn bangsa yahudi yaitu bangsa yg sering berpindah , terusir , menjelajah .. tp yahudi enak dia dapet tanah dan di akui dunia tanah mereka dgn di beri pengakuan sebagai negara yaitu ISRAEL .. nah kalian ini .. punya apa .. CUMA punya gaung saja .. andai INDONESIA INI manusia nya tidak berkarakter lembut .. yg mana misal TUHAN mentakdirkan manusia manusia INDONESIA ini berkarakter seperti EROPA atau ARAB juga .. mungkin sampai saat ini kalian hanyalah bangsa terusir dari satu tanah ke tanah lainnya .
jadi SADARLAH .. semua manusia itu sama di mata ALLAH dan banyak banyak bersyukur telah di terima dan di beri kenyamana dan keamanan di tanah nenek moyang kami ini . INDONESIA .

Anonim mengatakan...

Oh Islam tuh kaya gini toh, emaspun bukan sombongnye Gede. Mampus Arab Sombong hehehehe,..piss kagak butuh kalian. Enyah!

ferngah mengatakan...

Ini adalah kutipan Hutbah terakhir Rasulullah SAW ddi lembah Uranah, Arafat, 9 djulhijah 10 H

Wahai manusia, dengarkan aku dengan sungguh-sungguh,
beribadahlah kepada
ALLAH, shalatlah lima waktu dalam sehari, puasalah
dalam bulan Ramadhan, dan
berikanlah hartamu dalam bentuk zakat. Kerjakan haji
jika kamu mampu. Semua
manusia berasal dari Adam dan Hawa, seorang Arab
tidak memiliki kelebihan
diatas non-Arab, dan seorang non-Arab tidak memiliki
kelebihan diatas Arab;
juga seorang putih tidak memiliki kelebihan diatas
seorang hitam, tidak juga
seorang hitam memiliki kelebihan atas orang putih,
kecuali dalam ketakwaan
dan ibadahnya. Camkanlah bahwa setiap muslim adalah
saudara bagi setiap
muslim dan bahwa umat Islam merupakan suatu
persaudaraan.

Ingat saudara ku yang Syarif/Syarifah, yang mengaku derajatnya lebih mulia daripada muslim yang lain di luar kelompok mereka...Rasulullah tidak pernah mengajarkan hal2 yang seperti itu..kita ini anak cucu Adam AS yang semua sama disisi Allah SWT..dan janganlah kalian menyombngkan diri di atas bumi Allah..karena kesombongan hanyalah kepunyaan Allah....semoga kita tidak terjebak dalam perangkap setan...amin...

muhammad assegaff mengatakan...

Menjawab Ferngah, Syarifah bukan menyombongkan diri & Dia tidak menganggap bangsa lain lebih rendah, samasekali tidak. Dia cuma mempertahankan Kafa'ah (kesepadanan), agar supaya perkawinannya langgeng. Kalau Syarifah mempertahankan Kafa'ah itu adalah hak azasinya. Karena kalau Syarifah kawin dengan non Sayyid, anaknya keturunannya terputus dengan Rasul (habibullah), Tidak ada lagi celaka yang lebih besar dari itu.

Anonim mengatakan...

Menjawab Muhammad Asegaf : Tidak ada kaum muslimin di seluruh muka bumi ini yang terputus dengan Baginda Rasulullah..apa yang Baginda Rasulullah ucapkankan ketika akan wafat...umuat ku..umat ku..umat ku..bukan keturunan ku...karena nazab keturunan tidak akan menolong kita di akherat..melainkan hanya ketaqwaan kita kepada Allah SWt...

David Burhan Istighfar 29 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
David Burhan Istighfar 29 mengatakan...

TolonG Hapus Blog Saya dari sini ,segala komen telah dihapus...tolong pemilik blog ini, hapus saya dari sini...saya tidak senang berada dalam diskusi blog disini TOLONG DIHAPUS...MAAF TIDAK BERMUTU !!!

Unknown mengatakan...

ALIF = 0
LAM = 23
MEEM = 24

24-23-1 = 0

0 is Ikhlas

0+N=N (will be more by summing)
0-N=-N (will be less by subtraction)
0xN=0 (will be keep as it must be, if multiplied)
0/N=ERROR (will be fault/hurt if compared)

That is heart.

Anonim mengatakan...

- Abu Thalib termasuk ahlul bait dengan sepakat ulama, namun dia mati kafir dan dia di neraka
- Abu Lahab termasuk ahlul bait dengan sepakat ulama, tapi dia di neraka bahkan dicela habis dalam surat Al-Lahab

Nasab yg baik adl satu kelebihan yang Allah berikan. Namun ini menjadi tidak bermanfaat jika orangnya tidak beriman dan bertaqwa. Pengganti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam SETELAH BELIAU MENINGGAL BUKAN AHLUL BAIT, tapi Abu Bakar, kmd Umar, kmd Utsman, baru Ali bin Abi Thalib. Urutan ini menunjukkan urutan keutamaan. Namun Ali menjadi khalifah keempat, krn para sahabat sepakat: Abu bakar lebih mulia dibanding Umar, Umar lbh mulia dibanding Utsman, Ustman lebih mulia dibanding Ali

Anissa mengatakan...

1. Ali bin Abi Thalib memiliki seorang putri bernama Ummu Kultsum. Oleh ayahnya, Ummu Kultsum dinikahkan dengan Umar bin Khatab.
Ummu Kultsum Ahlul bait dan Umar bukan ahlul bait
2. Ibunya Ja'far As-Shodiq adalah cucunya Abu Bakr. Ja'far As-Sodiq ahlul bait dan ibunya bukan
Bisa dibaca di buku-buku sirah

tidak masalah yang ahlul bait menikah dengan yang bukan ahlil Bait. dan Bisa di baca bukunya, Jadi Mohon Untuk Tidak Membuat Hadist-Hadist Palsu yang nantinya akan menjadi Perpecahan anata Umat Muslim.

Jazakallah.

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum Wa Rahmatullah' ...

Sekedar pendapat saja dan sekedar saran saja kepada sesama Saudara Muslimin/Muslimah yang dimuliakan Allah & yang kami cintai ... Khususnya kepada Para Saudara kita/kami yang masih mengakui (bukan mengaku-ngaku) diri sebagai Ahlul Baith ....

Harap berhati-hatilah, jangan sembarang membeda-bedakan orang secara sepihak hanya berdasarkan catatan nasab, nama lahir, atau nama panggil ... banyak orang yang ternyata masih anak/cucu Nabi Muhammad S.A.W (notabene darah keturunan Sayidina Ali Bin Abi Thalib) yang tidak tercatat dalam silsilah atau karena suatu sebab mereka terpencar-pencar hingga tidak bisa lagi mengurutkan nasab familinya bahkan hingga tidak lagi menyandang nama famili. Contoh saja di antara keturunan Azamathkhan yang tersebar di Pulau Jawa, sudah banyak yang tidak lagi menyandang nama famili atau bahkan telah dinamai dengan Bahasa Jawa/Indonesia ... kerap bahwa seorang Hamba Yang Shaleh tidak pernah bermaksud memutuskan nasabnya kepada Rosulullah terlepas dia tahu atau tidak tahu dan tidak bermaksud melanggar hadist kalau urusan memberi nama lahir. Contoh saja, alkisah ada salah satu Sayid keturunan Azmathkhan dari Pekalongan yang bernama R.M. Bambang XXXX dan beliau/alm itu orang yang sangat beriman, hidup wara, dan saat wafat menjadi contoh yang baik bagi putra-putrinya ketika dalam saharulmautnya mampu berkali2 istighfar tanpa dituntun dan bahkan menyebut kalimat toyibah seraya melepaskan nafas terakhir tanpa dituntun ... Contoh lainnya, yang terjadi pada Raden Said atau Sunan Kalijaga atau Syeh Malaya, yang tidak menyandang nama famili, maka apakah beliau sebagai waliyullah itu dengan serta-merta melanggar hadist atau bukan lagi sayid, sedangkan Nabi Khidir A.S saja menggelari beliau sebagai Syeh Malaya? Tentu tidak kan? Buktinya sejarah mencatat bahwa Raden Said menikahi Syarifah Sarah putri dari Maulana Ishak itu bukti kalau kita semua harus jaga lati (mulut/lidah) atau jaga tulisan jangan sampai kita sembarang mengkastakan itu Jamaah itu Ahwal itu apalah ... Para waliyullah yang merintis penyebaran Islam di Indonesia ini banyak yang dinamai Jawa, bahkan dinamai dalam bahasa china macam Sunan Bonang, Sunan Ampel, namun semua itu beliau-beliau dinilai kebagusannya dari jasa-jasa beliau dalam hal mengabdi kepada Allah ... dan Allah sama sekali tidak menilai orang dari gelar atau nasab.

Harap tengarai juga ... jangan sampai agama kita yang hak ini kayak jadi agama Yahudi ... lihat itu kaum yahudi yang mengklaim kalau rasnya lebih tinggi dan ras lain lebih rendah ... apakah ini akan terjadi bahwa apa yang disebut "Kaum Ahwal" itu adalah "kaum yang nista" dibanding para keturunan sayid? Ada saya melihat kejadian di Kota Purwokerto, seorang yang memang dia itu sayid tapi dia mabuk-mabuk minuman keras di salah satu kampung yang kebetulan disitu ada pondok pesantrennya sampai-sampai kyai-master ponpes itu turun tangan dan memberi peringatan keras pada sang sayid tersebut ... nah ok ... bukan maksud saya ngelupas aib nih ... tapi cukup deh jadi contoh buat kita-kita bahwa kalau mau jadi Orang Islam ya jadilah Orang Islam saja ... jangan muluk2 pengend jadi A-Z yang gak masuk akal ... Para waliyullah tidak pernah niat jadi waliyullah, para Nabi/Rosul tidak pernah berencana jadi Nabi/Rosul, kecuali Allahlah yang mengangkat beliau2 ...

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Asalamualaikum ...

Maaf nih ... jujur saja ... saya katanya Sayid nih hehehe suer ... tapi gak tau dari famili sebelah mana ... ada nggak syarifah yang mau suad ama saya ??? Tapi saya ini nggak kaya loh ... hidup pas-pasan karena saya takut makan haram aja ... saya juga hidup sederhana tinggal di rumah tua peninggalan ortu saya ... ya kalau penghasilan ya pas-pasan sih yang penting bisa buat yang halal2 aja deh ... ada nggak nih syarifah yang mau suad ama saya? Suer serius gak ngeledek ... tapi maap ya kalau rumah tangga sama saya ya jadilah wanita sederhana ... jadilah muslimah yang sholehah & ibu rumah tangga yang baik ok ... jangan minta BB yang harga jutaan loh apalagi minta mobil mewah ... wah boro2 motor aja saya ini cuma punya motor supra ... kalo laptop sih ada ini tapi juga gak mau pakai Windows loh karena gak punya duit untuk beli lisensinya yang mahal amit ... nih laptop saya pakai GNU/LINUX yang syah tapi bebas-masal ... ya maklum orang pas2an ... ok ... ok saya gak mau tau juga soal calon istri saya itu kaya atau miskin ... yang penting baik akhlaknya dan pasti Islam agamanya ... tolong juga kalo mau suad ama saya jangan tanya2 marga atau apalah karena saya gak lagi paham fam. saya ... dah lama saya jadi anak yatim sejak abi saya wafat saat saya umur 7 tahun ... saya juga udah lama gak ketemu ama keluarga abi saya ... ok deh ... jujur aja ayo ada syarifah yang mau gak wkwkwkw ... gak promosi nih ... tapi anggap aja ini ujian keimanan Islam ... Yang jelas saya orang baik2 kok ... nanti kalo udah kenal dekat pasti taulah ... hati orang kan gak bisa diboongin ... ok ... saya tunggu loh responya ... o ya satu lagi ... saya gak ngrokok && saya benci ama rokok karena bagi saya rokok tuh haram (hay hay gak mau deh saya ngemot air pipisnya setan)!!!! saya juga gak makan daging ... makan telor iya masih tapi gak keseringan karena saya jijik kalau nyium bau amis ... saya juga gak minum kopi atau teh atau apa yang aneh2 apalagi khomer ... saya minum air putih aja dah cukup ... okkkk ... hehehehe pada ngakak pasti baca komen saya ... gahwa cap GNU/Linux gambar Pinguin ... enak deh kalo suad ama saya gak repot kalo masak ...

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum WRWB

Maaf ya, anda sekalian yang masih keturunan Ali Bin Abi Thalib, harap jangan permalukan Moyang ... Beliau Sayidina Ali adalah Kaum Muslim yang baik yang sangat menjaga Ukuwah Islamiyah ... sebagai Putra Angkat (plus menantu) Baginda Rosulullah S.A.W, de-facto tidak dididik untuk mendiskriminasi apalagi memecah belah umat ... harap, jika anda adalah Sayeed atau Syarifah, maka jangan berlaku diskriminatip kepada sesama Muslim. Selama ini saya telah cek banyak di antara Sayeed wa Syarifah yang mulai keluar jalur "sopan santun" (maaf tidak sembarang tuduh) yang kerap memandang sebelah mata kepada "wong liyo" atau "yang bukan keluarga sedarah mereka". Oke, kalo memang faktanya ada "Jamaah" atau "Awhal", namun saya mulai temukan bahwa sebutan "Ahwal" ternyata telah jadi "Keyword" penghinaan saat ini. Tidak jarang saya lihat di komunikasi-komunikasi antar akun facebook ataupun di kehidupan nyata kalau istilah "Ahwal" atau "Ajam" didefiniskan sangat buruk yang singkatnya dianggap "Kasta Rendah" ...

Ok, saya juga sedianya 'anak sayid' dari garis Azmathkhan ... namun almarhum ayah saya tidak ngajari saya hal diskriminatif. Saya dibesarkan di lingkungan umum dan saya tidak diajari 'membenci' dan ayah saya melarang saya 'membenci' atau bahkan 'menghina'. De-facto, saya hidup telah hampir 40 tahun di antara 'saudara-saudara Jawa' (read: Indonesia) dan saya mencari nafkah halal bersama mereka. Makan atau minum kerap satu meja bahkan dengan piring atau gelas punyaan mereka, bahkan saya makan sehari-hari ya makanan umum masakan di warung nasi yang tidak lain dimasak oleh para kaum wanita Indonesia. Faktanya, kita hidup disini, di negara Indonesia, kita bukan lagi di Yemen atau di lain negara.
Lihat saja, fakta yang paling jelas bahwa ibu dan ayah saya saat mereka wafat pun ditandu, dimandikan, disholati, didoai, oleh tetangga kanan-kiri yang saya tidak mau tahu itu "Jamaah" ataupun "Ahwal/Ajam", setau saya mereka semua adalah sodara, sama2 sodara muslim se-Iman-Islam, sama2 lahir di Indonesia (dan mungkin akan mati dimakamkan di Indonesia juga) ...

Ingatlah juga, Islam saat ini 'sedang sakit', lihatlah .... sesama orang Islam saling mengkafirkan padahal juga tanpa sengaja kerap jum'atan bersama di satu masjid di tengah kota-kota besar ... Orang pada sembarang main pelintir arti AL Quran & Hadist macam para setan dari Najd .... Terus apa sih tujuan kita semua ini masuk Islam? Mau nyari selamat apa nyari perkara? Sikap diskrimitip adalah "perkara" dan apakah itu tujuan meluk Islam? Tidak tentunya !

Mengenai potongan kutipan hadist ini:

"… maka mereka itu keturunannku diciptakan (oleh Allah) dari darah dagingku dan dikaruniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah (neraka wail) bagi orang dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubunganku dari mereka. Kepada mereka itu Allah tidak akan menurunkan syafa'atku."

Apa iya hadist di atas itu "berarti pasti 100% === syarifah/sayeed tidak boleh nikah ama ahwal/ajam"??? (saya tulis pakai tiga sama dengan).

Hati-hatilah dong jangan main-main interpretasi logikal terhadap paragrap atau kalimat ... gunakan akal netral dan sehat, atau jangan kebawa gengsi dan jangan diputar2 keluar konsep.
Misal saja 3+3x3 = ? apakah yang benar itu (3+3)x3 ataukah 3+(3x3) ? Nah, hati2 ... gunakan akal sehat, rasional, dan jangan lupa tanya pada Allah Yang Maha Berilmu, jangan tanya pada manusia yang cuma main tebak.

Terus, apa sih artinya ALIF LAM MEEM ... nah ngartiin 3-huruf aja masih banyak yang 'nyerah', makanya hati2 kalo ngartiin yang lebih dari 3-huruf ya.

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wabarakatuh...

Hadist Nabi Muhammad saw:

‘Wanita itu dinikahi karena agamanya, kecantikannya, hartanya dan keturunannya. Maka carilah wanita yang taat kepada agama, niscaya akan beruntung’.

Dari hadis tersebut bahwa indikator mencari pasangan ada 4 indikator sekufu namun prioritas utama adalah Agama. Arti minimalnya adalah sekufu (sama) agamanya antara calon pria dan calon wanita.

Segolongan fuqaha ada yang memahami hadist tersebut bahwa faktor agama sajalah yang dijadikan pertimbangan. Demikian itu karena didasarkan kepada sabda Nabi saw : … maka carilah wanita yang taat kepada agama. <=== Ini yang benar ... seagama (Ahlul Bait: Ahlul = ahli; Bait = Kabah; ===> orang yang suka menghadap Kabah, karena tahu kiblatnya Kabah dan kerjaan wajib utamanya sholat fardhu; Jadi ... *** CATAT BAIK-BAIK INI: *** Ahlul Bait itu artinya = Umat Islam.)

Segolongan yang lain berpendapat bahwa faktor nasab (keturunan) sama kedudukannya dengan faktor agama, demikian pula faktor kekayaan sehingga harus diperhatikan sebelum mengambil keputusan. <=== Ini pendapat orang-orang materialistis dan kaum rasis macam Yahudi.

Anonim mengatakan...

Ya,,Islam bukan agama rasis...yang namanya kaum muslimin tidak akan terputus kepada Baginda Rasulullah ...islam adalah satu persaudaraan..apa yg diucapkan baginda Rasulullah ketika akan wafat..umat ku...umat ku..umatku...karena Rasulullah sangat mencintai umatnya....

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum...alhamdulillah blm lama ini ane sudah menikah dengan syarifah semata2 karena untuk beribadah kepada ALLAH S.W.T dan direstuin oleh kedua orangtua harim, supaya kami berdua menjadi orang yng sebenar-benarnya bertaqwa kepada sang khalik MENTAATI PERINTAHNYA DAN MENJAUHI LARANGANNYA..doain kami berdua semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah dan warohmah serta keturunan kami menjadi anak yng solehah..amiin


Wassalam

Taman Pendidikan IPS mengatakan...

Assalamu'alaikum, Syarifah, sayyid dan kaum muslimin di sini...dan salam bagi non muslim jika ada....

Dengan nama Allah yang maha Pengasih Penyayang....dari nurani yang paling dalam bahwa tiap-tiap orang punya hak untuk mengatur hidupnya, tiap keluarga berhak mengatur keluarganya, keluarga ahlul baitpun berhak mengatur urusan rumah tangganya, jika syarifah tdk dibolehkan menikah dengan non sayyid/non habib itu hak mereka, jangan dpaksa, begitupun jika sayyid tdk dibolehkan menikah dengan non syarifah itu hak mereka, kenapa kita yang non syarifah/non sayyid ribut dan memaksakan diri? bukankah masih banyak wanita/lelaki muslim yg juga saleh di luar sana? mengenai cinta, itu urusan hati berdoa saja mencari pasangan hati. Bukankah indah jika ras penduduk bumi ini lestari supaya saling mengenal, (maaf, saya tidak setuju dengan perkawinan ayam kampung dan ayam Ras krn jadi tdk asli, ga enak lagi, tp klo udah terlanjur ya gpp tp kawinkan lg keturunan ayam itu dengan asli ayam kampung supaya cepat kembali, susahkan? nah bukankah bagusnya ayam kampung kawin dg ayam kampung, ayam ras dg ayam ras. bukan diskriminasi tp pelestarian nikmat Allah SWT). Tidak ada diskriminasi, tp untuk saling mengenal, maka kenalilah agamamu, akidah dan akhlakmu. Jika sudah terlanjur kawin antara syarifah dg non sayyid berari anaknya keturunan non sayyid juga, dosa pahala dipertanggungjawabkan sendiri dihadapan Allah SWT, maka banyak2lah beristighfar, bertobat dan beribadah. .....Untuk sdr Rayya Ivena, saya orang Indonesia asli pedalaman kalimantan tp tidak serta merta saya katakan org non kalimantan pendatang itu org asing, apalagi Indonesia. Ini bumi Allah SWT, semua kita ini pendatang dari Surga yg diturunkan karena dosa, ingat kakek kita ADAM AS dan Nenek kita HAWA Ra. Ini bumi Allah, ini bumi Allah,ini bumi Allah, selamat datang dan silakan bermukim dibelah bumi mana saja yg disukai termasuk Indonesia, asal sesuai aturan. Walau bukan ahlul bait tapi saya sadar belajar dari cintanya Zaid bin Haritsah, Usamah bin Zaid atau Salman Al Farisi. Takwa itu lahir dari belajar, belajar tdk perlu fanatik. Jika kita cinta Rasulullah kenapa kita musuhi/kita nodai keluarga beliau, keturunan beliau.Tidak berterima kasih kah kita ini? Jika ada org mencintai anakmu dan ingin menikahinya tetapi org itu menyakitimu apakah kamu rela, atau mencintaimu tetapi memusuhi keluargamu, masih nyamankah hidupmu? Begitu juga kita yang mengaku cinta Rasulullah tapi menyakiti keluarga beliau, apakah itu suatu kenyamanan bagi beliau? Kemudian mengenai dosa yg dilakukan oknum ahlul bait, mereka itu juga anak cucu Adam AS seperti kita yg tdk luput dari dosa kecuali yg bertakwa. Itu wajar ahlul bait juga manusia, tak luput dari dosa, maka tegurlah atau luruskan saja perbuatan mereka seperti kita meluruskan perbuatan kita dan keluarga. Firman Allah SWT 95:4. sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
95:5. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).....
95:6. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya...

Saudara2ku kita anak cucu Adam As...kaum muslimin itu saling kasih sayang, maaf memaafkan,semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita ini, seperti doa nabi Isa AS dalam Al Qur'an yang diulang-ulang Rasulullah Muhammad SAW dalam tahajud dan doa2 beliau untuk umatnya 5:118. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
wassalam

Bagus mengatakan...

Assalamu'alaikum yaa Ahlal Bait wa yaa ma'syaral muslimin....

Saya putra kalimantan selatan orang biasa dan bisa dikatakan saya ini orang dayak. Saya insyaAllah sangat mendukung kelangsungan dzurriyyat Rasul SAW hingga yaumil qiyamah. Semoga kami menjadi pembela Ahlul Bait dalam Iman dan Islam dan semoga kami mendapatkan syafa'at Rasulullah SAW kelak. Aamiin

herucanibalz mengatakan...

minta hadist yang sahih tentang pernikahan keturunan Rasullullah SAW......ada di al'quran atau hadist dan ayat berapa? apakah benar haram kalau menikahi wanita syarifah?

Anonim mengatakan...

assalammualaikum.... bukan ane mau ikut"an.... setau ane....kalian yang di indonesia aje yg terlalu banyak melebih" kan..... kita forum in yuk,,,, biar jelas... ni hadis bisa di pake untuk dasar hukum islam apa gak... jangan" ni hadis buatan manusia.. jngan sembarang ngomong anak haram...nyebarin fitnah yang nggak" buktiin hadis nya shahih... atau dho'if atau jangan"..maudu'...lo pade fikirin azab ALLAH sebelum sebarin fitnah...ni yang di baca karangan penulis...kasian...moral sudah rusak... wass....

Anonim mengatakan...

hati" dengan yg namanya kesombongan, sum'ah saja sudah hrus dihindari,, Rasul tdk pernah membenarkan kesombongan terhadap ummatnya apalagi "yg merasa keturunannya"

Anonim mengatakan...

habibah yang pada kawin am bangsa arab yang notabene bukan habib aja bokap nye habibah setuju. kan sama aja kawin ama orang luar. hahahahaha... semuanya cuma masalah tingkatan lo pade di dunia.

Unknown mengatakan...

Mantap sanak ae

Harga bahan banguna mengatakan...

DALIL-DALIL YANG MENDASARI KAFA'AH SYARIFAH
Pada dasarnya ayat-ayat Alquran yang menyebutkan keutamaan dan kemuliaan ahlul bait secara umum merupakan dalil yang mendasari pelaksanaan kafa'ah dalam perkawinan syarifah. Begitu pula dengan ayat yang terdapat dalam alquran surat al-An'am ayat 87, berbunyi:
ومن أبآئهم وذرّيّتهم وإخوانهم ...
"(dan kami lebihkan pula derajat) sebahagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka…"
Ayat di atas jelas memberitahukan bahwa antara keturunan para nabi, (khususnya keturunan nabi Muhammad saw), dengan keturunan lainnya terdapat perbedaan derajat keutamaan dan kemuliaan, hal ini didasari oleh sabda Rasulullah saw yang ditulis dalam kitab Yanabbi' al-Mawwadah:
نحن اهل البيت لا يقاس بنا
"Kami Ahlul Bait tidaklah bisa dibandingkan dengan siapapun".
Imam Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahj al-Balaghoh berkata, 'Tiada seorang pun dari umat ini dapat dibandingkan dengan keluarga Muhammad saw'. Imam Ali mengatakan bahwa tiada orang di dunia ini yang setaraf (sekufu') dengan mereka, tiada pula orang yang dapat dianggap sama dengan mereka dalam hal kemuliaan.
Turmudzi meriwayatkan sebuah hadits berasal dari Abbas bin Abdul Mutthalib, ketika Rasulullah ditanya tentang kemuliaan silsilah mereka, beliau menjawab:
ان الله خلق الخلق فجعلني في خيرهم من خيرهم قرنا ثم تخير القبائل فجعلني من خير قبيلة ثم تخير البيوت فجعلني من خيربيوتهم فأنا خيرهم نفسا و خيرهم بيتا
"Allah menciptakan manusia dan telah menciptakan diriku yang berasal dari jenis kelompok manusia terbaik pada waktu yang terbaik. Kemudian Allah menciptakan kabilah-kabilah terbaik, dan menjadikan diriku dari kabilah yang terbaik. Lalu Allah menciptakan keluarga-keluarga terbaik dan menjadikan diriku dari keluarga yang paling baik. Akulah orang yang terbaik di kalangan mereka, baik dari segi pribadi maupun dari segi silsilah".
Baihaqi, Abu Nu'aim dan Tabrani meriwayatkan dari Aisyah, Disebutkan bahwa Jibril as pernah berkata:
قال لى جبريل : قلبت مشارق الارض ومغاربها فلم أجد رجلا افضل من محمد وقلبت مشارق الارض ومغاربها فلم أجد بنى أب أفضل من بني هلشم
"Jibril berkata kepadaku: Aku membolak balikkan bumi, antara Timur dan Barat, tetapi aku tidak menemukan seseorang yang lebih utama dari pada Muhammad saw dan akupun tidak melihat keturunan yang lebih utama dari pada keturunan Bani Hasyim".

rahmat khairullah mengatakan...

Apa boleh seorang Gusti(keturunan kebangsawanan) menikah dgn syarifah ?

elfan mengatakan...

MENGAPA HARUS 'BERDUSTA' MENGANGKU SEBAGAI PEWARIS DINASTI KETURUNAN?

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [SQS. Al-Baqarah, 2:10]

Apakah di dalam Al Quran memuat istilah KETURUNAN NABI, KETURUNAN AHLUL BAIT atau KETURUNAN RASUL? Jawabannya, TIDAK MENGENAL alias TIDAK ADA KETIGA ISTILAH tersebut sama halnya dengan tidak adanya istilah keturunan presiden, keturunan gubernur, keturunan ulama, keturunan dosen atau keturunan profesor.

Istilah apa yang ada di dalam Al Quran, simak yang satu ini:

Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari KETURUNAN ADAM, dan dari ORANG-ORANG YANG KAMI ANGKAT 'BERSAMA' NUH, dan dari KETURUNAN IBRAHIM dan (KETURUNAN) ISRAEL,......" [SQS. Maryam, 19:58]

Apakah di dalam Al Quran ada memuat istilah KETURUNAN MUHAMMAD? Subhanallah, pastinya TIDAK ADA MEMUAT ISTILAH KETURUNAN MUHAMMAD! Lalu kenapa ada orang-orang atau kelompok-kelompok yang mereka NAGKU-NGAKU sebagai KETURUNAN AHLUL BAIT, KETURUNAN RASUL atau KETURUNAN NABI? Ahlul Bait yang mana, rasul yang mana dan nabi yang mana pula?

Karena istilah KETURUNAN MUHAMMAD itu tidak ada artinya BENAR bahwa TIDAK BOLEH ada orang-orang, kelompok orang yang mengngaku sebagai pewaris keturunan ahlul bait, keturunan nabi atau keturunan rasul lagi karena mereka sudah DUSTA. Sebagai pembanding, begitu juga dengan istilah keturunan presiden, keturunan gubernur dsb. maka yang ada adalah KETURUNAN SOEKARNO, KETURUNAN SBY, KETURUNAN MEGAWATI atau KETURUNAN ANIES BASWEDAN, dsb.

Simak kajian lebih lanjut sbb.:

“Orang yang mengaku-ngaku dengan sesuatu yang tidak dia miliki maka dia seperti pemakai dua pakaian kebohongan.” (HR. Muslim dalam Shahihnya, no. 2129 dari Hadits Aisyah radliyallahu’anha)

Disebutkan dalam hadits-hadits shahih tentang keharaman seseorang menisbatkan dirinya kepada selain nasabnya. Diantara hadits Abu Dzar radliyallahu’anhu, bahwasanya ia mendengar Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah seseorang menisbatkan kepada selain ayahnya sedang dia mengetahui melainkan dia telah kufur kepada Allah. Dan barangsiapa yang mengaku-ngaku sebagai suatu kaum dan dia tidak ada hubungan nasab dengan mereka, maka hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya di neraka”.[4] (HR. al-Bukhori, No. 3508 dan Muslim, No. 112)

https://aslibumiayu.net/1314-haramnya-mengaku-ngaku-sebagai-keturunan-ahlul-bait.html

Syarifah Intan Alkaff mengatakan...

Gak akan paham mereka bib percuma di jelssin Juga